Di setiap pagi kau lah yang selalu di ingatan ku
Di setiap senja kau pula lah yang ada di pikiran ku Menggelayut di setiap langkah-langkah ku
Cantik nan indah tiada tara
Perasaanku pada mu kurasa tak terhingga
Kau begitu sempurna tiada cela
Menyiram keelokan sepanjang kehidupanku
Kau menambah indah hari-hari ku
Telah kunyatakan disaksikan langit dan buana,
gunung dan sungai, bayu dan banyu dikau lah pujaan hatiku Tak akan pernah ada rasa sesal di hati
Tak akan pernah ada rasa sakit lagi
Mawar jelita merekah indah
Tersentuh senyuman mu
Yang manis begitu juga dengan hati ini
Tubuh ku bergetar setiap kupanggil namamu
Hatiku berdebar di rasuk cinta akan dirimu
Hidup matiku untuk mu...
Untuk mu Geulis
***11 Januari 2009
Betapa Kebetulan Malam Ini
Kebetulan Yang Manis Bagai Mimpi
Mempertemukan Kita Di Sini Di Negri Jauh Ini
Di Sini Kita, Dua Jiwa Sesama Asing Ini
Dipersatukan Dewi seni
Yang Membawa Kita Jauh Tinggi
Seakan Jiwa Kita Sebuah Lagu
Mengapung Di Udara Mozart badan Di dunianya yang Sahdu
Kau Berkata : Betapa dalam matamu,
Betapa Manis Wajahmu.
Kau Katakan Itu Dengan Gairah Hatimu Yang Bergema sunyi,
Karena Kita Tidak Sendiri,
Dan Di Matamu Ajakan,
Dan Di Hatiku Kemabukan
Tak Terperikan.
Aku Lelaki, Maka Maafkan Ketinggian Hatiku,
Bila Bisikanmu Membelai hatiku: Betapa Dalam Matamu,
Betapa Manis Wajahmu.
O, Penyair, Di Negriku,
Negriku Yang Kucinta,
Ada Padaku Seorang Kekasih Menunggu,
Ia Kawan Setanah Airku Yang Takkan Kusia-siakan
Hatinya,
Ia Kawan Setanah Airku Yang Takkan Kutukarkan Cintanya
Dengan Harta Dunia
Dengan Bintang Bintang Yang Bercahaya Dengan Bulan
Namun Kemabukan mencekam Hatiku,
Bila Di Matamu Mengambang Bayang bayang Cinta
Atau Ajakan Bercahaya.
Aku Lelaki, Maka Maafkan Ketinggian Hatiku,
Bila Bisikanmu Membelai Hatiku : Betapa dalam Matamu,
Betapa Manis Wajahmu.
adi tHea, September’ 2006
Kini
Bersama dengan hujan sedih
Yang mengguyup mukaku
Kudambakan sebuah tangga dari debu
Yang terhimpun dari punggung punggung terbungkuk
Dan tangan tangan melekap ke lutut
Agar aku dapat naik ke langit tertinggi
Dan mengetahui
Kemana perginya doa dan keluhan kita
O kekasih
Segala doa dan keluhan
Segala ratap dan tangis yang mendambakan pertolongan
Terpancar dari berjuta bibir dan hati
Lewat beribu tahun dan kurun
Tentulah terhimpun di suatu tempat di langit
Dan barangkali
Kata kata dariku ini
Kini juga berada diekat kata-kata
Akan biarlah kita tunggu air mata langit
O kekasih
Kini aku merindukan
Dirimu untuk kembali
Dan biarpun angin
Yang tak dapat memisahklan kita
Dan kini aku merindukan kamu
Di manapun kau berada
Dan kupun terlihat seperti biasanya
Kapan pun kamu berada
Adi tHea November’ 2006
Searus alir aroma-aroma bunga cinta
Meraih penciumanku disaat aku tertidur pulas
Getaran halus menggoyang lamunan gelap
Dan akupun menghembuskan nafas asmara
Sehalus bulu-bulu putih yang betebaran diangan
Memanggil-manggil sebuah hati penyebar aroma
Disini aku terbaring bahagia tersenyum sendiri
Siang ada gambarmu, malam ada aromamu
Ketika mataku terpejam ada coretan namamu
Tertawa kecil sendirian melamunkan dunia impian
Dan aku kasmaran, akan kuhirup sayang aroma itu
Sambil berlari mengitari dunia khayal yang terindah
Kini aku dalam belaimu
Dan ketika kau meraih tanganku dengan tulus
Kurasakan ada sentuhan manis mengecup bibirku
Kau berikan aku kisah merpati putih yang bermesraan
Bersandar manja melagu panorama warna nirwarna
Dan aku biarkan jemarimu membelai sayang rambutku
Bergulingan diatas padang rumput menuju lembah damai
Ketika kulitku sedikit tergores oleh ranting kering
Jemarimu mengusap lukaku, kurasa hangat menolak perih
Duduk dipangkuanmu mendongeng kisah masa depan
Luluh telingaku ketika kau berbisik merdu berirama syahdu
Akupun memerah bulan dalam asuhan suara merdu
Melenggang dalam payung awan putih berpelukan
Dan kedua pasang mata saling melempar pandang
Tercipta senyuman cantik menghias wajah bahagia
Menyatu dalam satu bertaburan kerlingan bintang
Aku lingkarkan tanganku dilehermu, karena aromamu
kau peluk pinggangku sambil bercanda kecil
Lelap dipangkuan kasih, aku buka lembaran kertas
Disana ada puisi-puisi yang aku rangkaikan untukmu
Kubacakan penuh rasa dan curahan sendu melodi
Matamu terpejam meresapi arti puisiku
Dan bibirmu bergerak mengeluarkan kata cahaya
"Akulah manusia yang terhanyut asmara karena kau!"
"Katakan sekali lagi kata itu hanya untukku,
Jangan pernah terhapuskan, torehkan dihatimu"
Anggukan berbaur aura pancaran wajahnya
Menentramkan segala jiwa hidupku
Terurai bisikan kata indah dari harum nafasnya
"Dengarlah, aku ada untukmu!"
Tak ingin lepas, sampai aku tersadar bangun dari tidur
Menyakitkan nurani, menyesal bermesraan dalam mimpi
Karena aromamu telah merajang hariku dalam gelap dan terang
Terlalu manis untuk melupakan khayalan dicintaku
Walau kecewa, baiknya mimpi ini jangan dibalut tangisan
Kau beri aroma, aku beri mimpi…
Nenen Gunadi
Oct 03, 2008 13:32
Edmonton-Canada
Hari hari indah melintas lembut
senada tembang hati diantaranya
rangkaian tali kasih,membentang nyata
penghantar anugerah Amor ke dalam sukma
langkah seiring meniti tangga emas
tautan hati juga tiara
Camar di pantai,tahu makna jemari
bahasa kasih, bulan hapal jawabnya
waktu berlalu melintas pasti hari
berganti menepis kasih
kemana hari....?
dimana hati... ?
-Bank Indonesia, 26 September 2008-
Mega berarak perlahan
mendung semakin kelam
cristal cristal bening berguliran
di balik desah napas kerinduan resah,
gelisah menyatu dalam sunyi
nun diatas sana
camar meleyang perlahan , lelah
lelah merengkuh bayang semu rindu
mendera cita apai realita menjelma luka sakit
Tuhan.. Bilakah angan kan nyata
bilakah bayang menjelma
bilakah......bilakah aku tak tahu
-Bank Indonesia, 26 September 2008 -
Pernah ku merasakan kerinduan yang menyesakan,
hingga membuatku putus asa,
putus asa bila tidak lagi melihatnya,
putus asa bila tak akan ada kesempatan untuk melakukannya bersama.
Bila kerinduan itu mendera selalu,
ku berdiri di ujung malam,
kupasang sayap rapuhku,
mulai mengepakkan arungi mimpi yang hampir tak meninggalkan jeda,
tinggalkan sela dan waktu,
hingga tak bisa membedakan pagi atau senja.
Setetes embun jatuh di ujung malam,
menyejukan panasnya rindu yang telah berubah menjadi sembilu,
menumbuhkan tunas-tunas harapan yang kandung layu,
andai dia tahu kerinduanku…..
Kerinduanku pada gemercik air wudhu yang membasahi wajahnya,
kerinduanku pada takbiratul ihram yang meluncur dari bibirnya,
kerinduanku pada hamparan sajadah yang mengalasi pengabdiannya.
Aku rindu rukunya,
aku rindu sujudnya,
Duhai Ya Rabbi…..
Aku rindu saat-saat menghadap-Mu.
*Hasil imajinasi liar semalam*
Meninggalkan kotamu, menyakitkan hatiku
Aku pergi tinggalkan jejak-jejak cerita yang indah
Lukaku terbalut tangisan dan aku harus rela
Disaat aku menikmati sentuhan kisah bahagia
Penyesalan karena kulepas segala yang terindah
Perih dihati tak mampu merubah langkahku
Untuk harus melambaikan tanganku
Kutatap wajah-wajah berlinang saat melepaskanku
Rasa kerinduan selalu menggambarkan ceria saat itu
Mengapa semua ini terjadi, disaat aku menyintai kotamu
Canda riang bersamamu selalu tertanam tumbuh dirasaku
Ruang hatiku selalu melantunkan suara merdu kerinduan
Sahabat, kutetap teringat akan ucapan lembutmu dan sayangmu
Kadang aku terdiam sepi melamunkan ceriaku yang kutitipkan padamu
Pintaku jagalah ceriaku dihatimu, bayangku akan menyapa harimu
Haruku karena kebaikanmu yang selalu menjaga diriku ketika aku sakit
Kenangan, aku akan kembali kekotamu untuk menyentuh jejakku yang tertinggal!
Nenen Gunadi
Edmonton AB, Can
22 Aug, 08 18:19
Regang kamelang
dahan karingrang
peunggas harita
teu pira kasaput angin bagja
Rintih
nalika salira ngagalindeng
"Deudeuh Enung tampi ieu citresna
tina geter hate Enkang sagemlengna!"
Bank Indonesia, 1 Agustus 2008
Maman Wahyu
Apa yang tercatat pada hari hariku
Adalah keresahan
Dan aku rindu sapamu
Pernah kucari kamu di jalan ini ketika gerimis payungi senja yang pekat ini
Tapi...
Dimana.. Kulalui sekian musim panas & dingin Kuhitung daun daun yang gugur
DImusim semi Ternyata ..
Cintamu begitu singkat.
Bank Indonesia, 4 Agustus 2008
Maman Wahyu